JAKARTA - Kalangan pengusaha oleokimia menyuarakan kekhawatiran terhadap keterbatasan pasokan gas bumi yang dianggap dapat mengganggu kelancaran bisnis serta aktivitas produksi. Gas bumi menjadi sumber energi utama sekaligus bahan penunjang penting dalam proses industri tersebut. Kekhawatiran muncul seiring rencana pengurangan pasokan gas tertentu (HGBT) dari produsen. Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin), Norman Wibowo, menegaskan bahwa gas tidak hanya berperan sebagai sumber energi, tetapi juga digunakan untuk menghasilkan hidrogen, komponen vital dalam proses produksi yang sulit digantikan. Tanpa kepastian pasokan, industri menghadapi risiko terganggunya operasional dan efisiensi produksi yang dapat berdampak pada sektor bisnis secara lebih luas.
Norman menjelaskan bahwa bila pasokan gas tersendat, otomatis proses produksi industri oleokimia akan terhambat. “Dampaknya bisa meluas ke sektor bisnis secara keseluruhan,” ujarnya. Ia menambahkan, kapasitas produksi industri oleokimia sebenarnya sudah menurun pada semester I-2025, salah satunya disebabkan oleh tersendatnya distribusi gas HGBT. Kondisi ini membuat industri menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelancaran operasional. Hambatan pasokan gas juga memengaruhi keandalan produksi dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi permintaan pasar. Kekhawatiran ini tidak hanya terkait energi, tetapi juga menyangkut rantai pasokan bahan baku yang sangat tergantung pada gas bumi.
Data Apolin menunjukkan bahwa kebutuhan industri dalam negeri diperkirakan mencapai 2.700 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD). Namun, pasokan HGBT yang tersedia hanya sekitar 1.600 MMSCFD. Lebih dari 50 persen atau sekitar 900 MMSCFD dialokasikan kepada BUMN seperti PLN dan Pupuk Indonesia. Sisanya kemudian dibagikan kepada perusahaan swasta, sehingga porsinya relatif kecil. Kondisi ini membatasi ruang gerak industri oleokimia yang memerlukan kepastian energi untuk menjalankan produksinya. Norman menegaskan, “Dengan alokasi yang terbatas, ditambah adanya wacana pembatasan ke depan, maka dunia usaha berpotensi menghadapi situasi yang makin sulit.” Kekurangan pasokan gas menjadi faktor utama yang menahan pertumbuhan kapasitas produksi dan menambah risiko bagi pengusaha di sektor ini.
Norman juga mengingatkan bahwa persoalan pasokan gas yang belum terselesaikan dapat berdampak pada keberlangsungan tenaga kerja. Saat ini, lebih dari 12.000 pekerja bergantung pada sektor oleokimia. Gangguan pasokan gas tidak hanya menghambat produksi, tetapi juga dapat menimbulkan ketidakpastian pekerjaan dan pendapatan tenaga kerja. Ancaman ini menekankan pentingnya langkah cepat dari pemerintah untuk memastikan pasokan gas tetap stabil. Dengan kepastian energi, industri dapat beroperasi secara lancar, mempertahankan volume produksi, serta melindungi pekerjaan ribuan tenaga kerja yang sangat bergantung pada sektor strategis ini.
Untuk mengatasi tantangan pasokan gas, Apolin berharap pemerintah menjaga konsistensi kebijakan sesuai regulasi dalam Kepmen 76.K/MG.01/MEM.M/2025. Implementasi aturan ini dianggap penting agar program hilirisasi dan ketahanan industri tetap berjalan optimal. Norman menegaskan, “Kami berharap pemerintah ikut turun tangan memberikan kepastian pasokan gas, sehingga industri dapat beroperasi secara optimal dan berkelanjutan.” Dukungan kebijakan yang jelas dan konsisten diharapkan mampu menstabilkan pasokan energi, mendorong efisiensi produksi, dan menjaga keberlangsungan industri oleokimia di Indonesia. Dengan langkah yang tepat, sektor ini dapat terus berkembang, memenuhi kebutuhan domestik, serta mempertahankan daya saing global.
Secara keseluruhan, isu pasokan gas bumi bagi industri oleokimia menjadi perhatian utama. Kepastian energi menjadi faktor penentu keberlangsungan produksi, kelangsungan tenaga kerja, dan stabilitas sektor bisnis. Dengan keterlibatan pemerintah yang aktif, diharapkan industri oleokimia tetap dapat beroperasi optimal, mendukung hilirisasi, dan memperkuat ketahanan industri nasional. Pasokan gas yang memadai akan memberikan kepastian bagi pengusaha untuk merencanakan produksi, mengurangi risiko gangguan, serta menjaga keberlanjutan tenaga kerja. Tantangan saat ini bukan hanya soal energi, tetapi juga soal bagaimana pemerintah dan industri bekerja sama untuk menciptakan ekosistem yang stabil dan berkelanjutan bagi sektor oleokimia.