BMKG: Hampir 40 Persen Wilayah Indonesia Memasuki Kemarau

Selasa, 15 Juli 2025 | 13:30:58 WIB
BMKG: Hampir 40 Persen Wilayah Indonesia Memasuki Kemarau

JAKARTA - Musim kemarau mulai menyebar luas di Indonesia, seiring dengan sekitar 39% wilayah di Tanah Air yang kini resmi memasuki periode ini. Perkembangan ini berdasarkan laporan terbaru dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang mengungkapkan perubahan cuaca signifikan yang meliputi sebagian besar Pulau Sumatera, Jawa bagian selatan, hingga beberapa daerah di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Menurut data BMKG per dasarian pertama bulan Juli, wilayah yang sudah memasuki musim kemarau mencakup Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan. Beberapa wilayah lain seperti Lampung juga mulai menunjukkan tanda-tanda memasuki fase kering ini.

Tidak hanya Pulau Sumatera yang terdampak, bagian selatan Pulau Jawa seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur juga telah merasakan efek musim kemarau ini. Sementara itu, daerah wisata seperti Bali dan kepulauan Nusa Tenggara Barat (NTB) serta Nusa Tenggara Timur (NTT) turut mengalami perubahan cuaca yang cukup terasa. Di bagian lain Indonesia, seperti Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, serta Papua Barat dan Papua, juga mulai menapaki awal musim kemarau, meski dalam cakupan wilayah yang lebih kecil.

Fenomena ini bukan hanya sekedar pergantian musim, namun juga berkaitan erat dengan fenomena meteorologi regional. BMKG menjelaskan, kemarau yang mulai meluas saat ini didorong oleh penguatan angin monsun yang berasal dari Australia. Angin ini berperan membawa udara dingin dan kering menuju wilayah Indonesia, sehingga memicu penurunan kelembaban dan mengurangi curah hujan.

“Peningkatan persentase wilayah yang memasuki musim kemarau ini sejalan dengan penguatan angin monsun Australia yang diperkirakan akan tetap normal dalam beberapa hari ke depan,” tulis BMKG.

Namun, meskipun sebagian besar daerah telah memasuki musim kemarau, beberapa wilayah masih mengalami hujan lebat hingga ekstrem. Data pengamatan menunjukkan pada tanggal 12 Juli terjadi hujan dengan intensitas tinggi, mencapai 177,4 mm/hari di Jawa Timur dan 105,1 mm/hari di Maluku. Curah hujan yang cukup tinggi ini berpotensi menimbulkan banjir dan bencana hidrometeorologis lainnya.

Potensi hujan lebat ini disebabkan oleh beberapa faktor alam yang saling terkait. Di antaranya adalah suhu muka perairan laut yang cenderung lebih hangat dibandingkan normalnya, yang mendukung pembentukan awan hujan meski musim kemarau telah berlangsung.

Selain itu, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang saat ini aktif pada fase 4 di wilayah Maritime Continent turut meningkatkan aktivitas konvektif dan pembentukan awan hujan, khususnya di Indonesia bagian barat. Fenomena ini merupakan gelombang atmosfer yang bergerak dari barat ke timur di sekitar wilayah tropis dan mempengaruhi pola cuaca secara signifikan.

Lebih jauh, berbagai gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, Kelvin, serta Mixed Rossby Gravity (MRG) juga diperkirakan akan aktif dalam beberapa hari mendatang. Gelombang-gelombang ini berkontribusi dalam memodulasi cuaca dan potensi hujan di berbagai wilayah di Indonesia.

Keberadaan sirkulasi siklonik di beberapa lokasi dan tingginya indeks labilitas atmosfer turut memperkuat kemungkinan pembentukan awan konvektif. Kondisi ini memungkinkan hujan lebat berlangsung lebih lama di beberapa tempat, meski secara umum musim kemarau telah dimulai.

Intensitas hujan yang tinggi ini membawa dampak serius bagi sejumlah daerah. BMKG melaporkan terjadinya bencana hidrometeorologis seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, hingga genangan air yang merusak infrastruktur di wilayah terdampak. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun musim kemarau sudah melanda, risiko bencana akibat cuaca ekstrem tetap signifikan.

Karena dinamika atmosfer yang masih sangat aktif dan cuaca yang tidak bisa diprediksi secara sederhana, BMKG mengingatkan masyarakat dan pihak berwenang untuk terus meningkatkan kewaspadaan. Ancaman hujan deras yang disertai petir, angin kencang, dan gelombang tinggi di sejumlah perairan masih mengintai.

“Peringatan ini penting untuk diperhatikan, terutama di wilayah yang memiliki kerentanan tinggi terhadap bencana hidrometeorologis, meski secara klimatologis sudah memasuki awal musim kemarau,” imbau BMKG.

Kondisi ini menjadi pengingat penting bahwa memasuki musim kemarau tidak serta merta berarti seluruh wilayah bebas dari hujan deras. Justru, perpindahan musim yang tidak seragam dan interaksi kompleks berbagai fenomena atmosfer dan laut dapat menimbulkan pola cuaca yang sulit diprediksi dan berpotensi menimbulkan risiko.

Situasi ini menuntut kesiapsiagaan dari semua pihak, termasuk pemerintah daerah, lembaga penanggulangan bencana, hingga masyarakat umum. Pengelolaan sumber daya air, pengawasan daerah rawan longsor dan banjir, serta edukasi kesiapsiagaan harus terus ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk meminimalkan dampak negatif dari cuaca ekstrem yang bisa terjadi kapan saja, terutama di masa transisi musim seperti saat ini.

Di sisi lain, awal musim kemarau yang lebih luas ini juga membuka peluang bagi sektor pertanian, energi, dan pariwisata untuk mempersiapkan diri. Petani dapat mengatur pola tanam dan panen sesuai musim kering, sementara sektor energi yang bergantung pada pembangkit air harus memantau ketersediaan air dengan seksama.

Bagi pariwisata, musim kemarau biasanya menjadi waktu yang lebih baik untuk mengembangkan destinasi wisata alam dan kegiatan outdoor. Namun, tetap harus diiringi dengan kesiapsiagaan terhadap cuaca ekstrem yang masih mungkin terjadi.

Kesimpulannya, hampir 40 persen wilayah Indonesia kini berada dalam fase musim kemarau. Meski demikian, hujan lebat dan potensi bencana hidrometeorologis masih mengintai sebagian wilayah. Oleh karena itu, waspada dan adaptif terhadap dinamika cuaca yang terjadi sangat penting untuk menjaga keselamatan dan kelangsungan aktivitas masyarakat di berbagai daerah.

Terkini

Wisata Keluarga Seru di Kepanjen Malang

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:08:50 WIB

Oppo Reno14 Pro Usung Desain Mewah dan Chipset Khusus

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:14:09 WIB

6 Shio Paling Beruntung Soal Keuangan di 2025

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:17:34 WIB

Penjelasan Dokter: Benarkah Pedas Picu Kanker

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:21:14 WIB