Mahasiswa Mandiri Finansial Sukses Lewat Freelance

Mahasiswa Mandiri Finansial Sukses Lewat Freelance

JAKARTA - Menjadi mahasiswa yang mandiri secara finansial bukanlah hal mudah. Banyak anak muda, khususnya mahasiswa, kerap menghadapi tekanan gaya hidup dan pengaruh pertemanan yang membuat mereka dianggap boros. Kebiasaan menongkrong dengan teman atau “lapar mata” saat belanja menjadi salah satu penyebab mahasiswa kesulitan mengelola keuangan sendiri, selain tergantung pada dukungan orang tua.

Namun, kemauan dan kreativitas dapat menjadikan mahasiswa mampu membiayai kuliah sambil tetap mengejar prestasi akademik. Banyak mahasiswa yang berhasil menemukan peluang pekerjaan fleksibel yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka. Salah satu contoh nyata adalah Abimanyu Arya Seno, 20 tahun, mahasiswa semester 5 Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta.

Abi, begitu ia biasa disapa, merupakan contoh mahasiswa yang sejak semester pertama berhasil membiayai kuliahnya sendiri melalui pekerjaan freelance. Fokus utama Abi adalah bidang fotografi dan dokumentasi, termasuk produksi foto, video, hingga live streaming. Pekerjaan ini sejalan dengan konsentrasi jurusannya di bidang broadcasting, sehingga ia bisa mengembangkan keterampilan sekaligus menghasilkan penghasilan.

Baca Juga

Mahasiswa Mandiri Finansial Sukses Lewat Freelance

Selain itu, Abi memiliki kehadiran yang cukup dikenal di media sosial dengan 19.100 pengikut di akun Instagram @abimanews. Popularitas ini turut membantunya mendapatkan proyek freelance tambahan. Terkadang, ia juga menjadi volunteer dalam berbagai event internal kampus maupun pekerjaan pribadi yang relevan dengan bidangnya.

Melalui strategi branding yang konsisten, Abi mampu menjadikan freelance sebagai sumber penghasilan utama yang menutupi Uang Kuliah Tunggal (UKT) setiap semester. Ia memiliki motivasi kuat untuk mandiri secara finansial karena telah bertekad sejak awal kuliah untuk tidak membebani orang tuanya. “Harus tanggung jawab dan belajar bagaimana susahnya mencari uang sendiri,” ujar Abi ketika menyampaikan pesan ibunya.

Selain pekerjaan utama sebagai freelancer, Abi juga mengambil pekerjaan sampingan lain. Ia mengajar ekstrakurikuler olahraga bela diri Tapak Suci di tiga sekolah: MIM PK Sindon, MIM Grinting Nogosari, dan MTsN 6 Boyolali. Aktivitas ini memberikan tambahan penghasilan sekaligus pengalaman mengajar yang berharga.

Dalam mengatur keuangan, Abi memiliki metode khusus. Pada awalnya, ia membagi penghasilan sekitar 80 persen untuk biaya kuliah dan 20 persen untuk kebutuhan sehari-hari. Fokus utama Abi adalah memastikan biaya UKT tercukupi hingga 10 semester sebagai antisipasi jika ada kebutuhan mendesak di masa depan. Setelah penghasilannya mulai stabil, ia mengubah alokasi menjadi 50 persen untuk tabungan biaya kuliah dan 50 persen untuk kebutuhan sehari-hari.

Abi juga menggunakan sebagian penghasilannya untuk membeli peralatan kerja yang lebih memadai, sehingga kualitas dan kapasitas kerjanya meningkat. Selain itu, ia tetap menabung sebagai persiapan masa depan, sambil memberikan sedikit “self reward” sebagai penghargaan atas kerja kerasnya. “Self reward bisa, tapi enggak setiap hari,” ujarnya.

Kesibukan sehari-hari mengharuskan Abi pandai mengatur waktu antara kuliah dan pekerjaan freelance. Meski pekerjaan freelance bersifat fleksibel, ia memilih jam sore hingga malam agar tidak mengganggu kuliah yang biasanya berlangsung pagi hingga siang hari. Ia mengakui bahwa ada pengorbanan, terutama waktu istirahat yang kadang hanya 1-2 jam. “Kalau sudah memilih kuliah dan kerja freelance, mau enggak mau ada satu yang harus dikorbankan. Nah, yang saya korbankan adalah waktu istirahat terkadang cuma 1-2 jam saja,” jelas Abi.

Abi membagikan tips bagi mahasiswa lain yang ingin mandiri secara finansial. Ia menekankan pentingnya tanggung jawab penuh dalam membagi waktu antara kuliah dan pekerjaan. “Jika sudah memilih kuliah harus berani tanggung jawab, jika memilih kuliah sambil bekerja lebih harus tanggung-tanggung jawab, karena kuliah sambil kerja itu bukan main-main,” ujarnya.

Keberhasilan Abi menunjukkan bahwa mandiri finansial bisa dicapai oleh mahasiswa dengan perencanaan yang matang, disiplin, dan pemanfaatan peluang yang ada. Kegiatan freelance tidak hanya membantu menutupi biaya pendidikan, tetapi juga membentuk keterampilan profesional yang akan berguna di masa depan.

Selain itu, pengalaman Abi mengatur penghasilan freelance memberikan pelajaran penting tentang manajemen keuangan. Dengan membagi penghasilan sesuai prioritas, menabung, serta investasi pada peralatan kerja, mahasiswa dapat menciptakan sumber penghasilan yang berkelanjutan. Strategi ini juga mengajarkan bagaimana memadukan tanggung jawab akademik dan profesionalisme sejak dini.

Kesuksesan Abi tidak hanya terukur dari kemampuan membiayai kuliah, tetapi juga dari kemandiriannya dalam menghadapi tantangan finansial. Ia menunjukkan bahwa mahasiswa dapat tetap produktif, kreatif, dan mandiri, meskipun harus menghadapi jadwal yang padat dan tanggung jawab ganda.

Dengan disiplin, kreativitas, dan pengelolaan waktu yang baik, setiap mahasiswa berpotensi mencapai kemandirian finansial. Kisah Abi menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain untuk memanfaatkan peluang freelance secara cerdas, tetap fokus pada studi, dan belajar menghargai hasil kerja keras sendiri. Mandiri secara finansial bukan lagi sekadar impian, melainkan pencapaian nyata yang bisa diwujudkan dengan usaha, konsistensi, dan strategi yang tepat.