Indonesia Darurat Sampah, Pemerintah Konversi Jadi Listrik

Indonesia Darurat Sampah, Pemerintah Konversi Jadi Listrik
Indonesia Darurat Sampah, Pemerintah Konversi Jadi Listrik

JAKARTA - Indonesia menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah.

Dengan produksi tahunan mencapai 35 juta ton atau setara 16.500 lapangan sepak bola, negara ini kini berada dalam kondisi darurat sampah yang memerlukan solusi jangka panjang. CEO Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara), Rosan Roeslani, menegaskan bahwa situasi ini tidak hanya terjadi di Jakarta, melainkan juga di kota-kota besar lainnya di seluruh Indonesia.

Rosan menyatakan bahwa salah satu solusi yang bakal dijalankan untuk menangani krisis ini adalah program waste to energy (WTE), yaitu konversi sampah menjadi energi listrik. Proyek ini menjadi prioritas yang digarap langsung oleh Danantara, dengan harapan mampu menyatukan isu lingkungan, kesehatan, dan kebutuhan energi nasional.

Baca Juga

Harga Emas Antam Naik, UBS Turun di Pegadaian 1 Oktober 2025

“Darurat sampah ini sudah semakin luar biasa, tidak hanya di Jakarta, tetapi banyak di kota-kota besar lainnya, dan kami meyakini bahwa waste to energy adalah suatu solusi jangka panjang yang bisa menyatukan isu lingkungan, kesehatan, dan juga energi,” ujar Rosan dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengolah Sampah Menjadi Energi di Wisma Danantara, Jakarta Selatan.

Menurut Rosan, skala masalah sampah di Indonesia sangat besar. Dari total produksi tahunan, sebagian besar sampah belum tertangani dengan baik. Ia menekankan bahwa tanpa pengelolaan yang tepat, krisis sampah akan terus memburuk dan berdampak negatif pada lingkungan serta kesehatan masyarakat.

“Indonesia ini setiap tahun kita menghasilkan 35 juta ton sampah atau setara dengan 16.500 lapangan bola. Kalau kita lihat 3,5 juta ton sampah itu menutupi Jakarta, seluruh Jakarta dengan lapisan kurang lebih 20 centimeter. Jadi bisa dibayangkan begitu banyak sampah yang kita hasilkan setiap tahunnya,” jelas Rosan.

Data terbaru menunjukkan bahwa saat ini sekitar 61% sampah di Indonesia tidak terkelola dengan baik. Sebagian besar dibuang sembarangan atau dibakar secara terbuka, yang berisiko menimbulkan pencemaran udara dan tanah. Sementara itu, hanya 38% sampah yang sudah terkelola, yakni dikumpulkan, dipilah, dan diangkut ke pusat pengolahan sampah.

Rosan juga menyoroti dampak gas metana yang dihasilkan dari tempat pembuangan akhir. Gas ini menyumbang 2–3% emisi gas rumah kaca nasional dan memiliki potensi jauh lebih berbahaya dibandingkan CO2. Selain itu, emisi metana juga dapat menimbulkan polusi udara, air, dan tanah yang mengancam masyarakat sekitar.

“Tempat pembuangan sampah ini kurang lebih sekarang menyumbang kurang lebih 2-3% emisi gas rumah kaca nasional yang sebetulnya metana ini jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan CO2 serta bisa menimbulkan polusi udara, air, dan tanah yang mengancam masyarakat,” tutup Rosan.

Program waste to energy yang direncanakan Danantara diharapkan mampu memanfaatkan sampah yang ada menjadi sumber energi listrik. Dengan demikian, sampah tidak hanya menjadi masalah lingkungan tetapi juga dapat menjadi peluang energi yang berkelanjutan. Proyek ini dinilai strategis karena selain mengurangi volume sampah, WTE juga membantu mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari metode pembuangan sampah konvensional.

Selain aspek lingkungan dan energi, program ini diharapkan memberikan manfaat ekonomi, membuka lapangan kerja baru di sektor pengolahan sampah dan energi, serta mendorong inovasi teknologi pengelolaan sampah. Pemerintah juga menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam memilah dan mengelola sampah agar proses WTE dapat berjalan efektif.

Krisis sampah ini menjadi alarm bagi seluruh pihak, dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat umum. Penanganan sampah melalui WTE bukan sekadar solusi teknis, tetapi bagian dari strategi nasional untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih, aman, dan berkelanjutan.

Dengan upaya ini, Indonesia diharapkan tidak hanya mampu menekan pertumbuhan volume sampah, tetapi juga memaksimalkan nilai sampah sebagai energi alternatif. Konsep ini menjadi simbol kolaborasi antara inovasi teknologi dan kebijakan pemerintah untuk menghadapi masalah lingkungan yang kompleks sekaligus meningkatkan ketahanan energi nasional.

Rosan menekankan bahwa program waste to energy bukan solusi instan, melainkan langkah jangka panjang yang membutuhkan dukungan berkelanjutan dari semua pihak. Melalui koordinasi nasional dan penerapan teknologi modern, Indonesia memiliki peluang untuk mengubah krisis sampah menjadi peluang energi terbarukan, sekaligus mengurangi dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Mazroh Atul Jannah

Mazroh Atul Jannah

navigasi.co.id adalah media online yang menyajikan berita sektor energi dan umum secara lengkap, akurat, dan tepercaya.

Rekomendasi

Berita Lainnya

PLTS Atap Baru di Pabrik Ban Tekan Emisi Tahunan

PLTS Atap Baru di Pabrik Ban Tekan Emisi Tahunan

Panas Bumi Indonesia Menjadi Sumber Energi Terbarukan Masa Depan

Panas Bumi Indonesia Menjadi Sumber Energi Terbarukan Masa Depan

Inovasi Teknologi Pertambangan AMNT Tingkatkan Efisiensi Keselamatan

Inovasi Teknologi Pertambangan AMNT Tingkatkan Efisiensi Keselamatan

5 Pilihan Rumah Murah Strategis di Kabupaten Tegal 2025

5 Pilihan Rumah Murah Strategis di Kabupaten Tegal 2025

Rumah Subsidi Berkualitas Dengan Sertifikat Hijau 2025

Rumah Subsidi Berkualitas Dengan Sertifikat Hijau 2025